I.
Tujuan
a. Mahasiswa
dapat merancang PHE sederhana menggunakan software PHE works
b. Mahasiswa
dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada proses transfer panas
menggunakan PHE
c. Mahasiswa
dapat mengetahui aplikasi PHE pada proses pengolahan pangan
II.
Landasan Teori
a. Faktor-faktor
yang mempengaruhi transfer panas
Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan
panas yang diketahui, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju konduksi kalor :
1. Beda suhu antara kedua permukaan (∆T) makin besar beda suhu, makin cepat perpindahan kalor.
2. Jarak antara kedua permukaan /tebal /panjang (l), makin tebal, makin lambat perpindahan kalor.
3. Luas permukaan (A),
makin luas permukaan makin cepat perpindahan kalor.
4. Konduktivitas termal zat (k), merupakan ukuran kemampuan zat menghantarkan kalor; makin
besar nilai k, makin cepat perpindahan kalor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
laju konveksi kalor :
q Luas permukaan benda (A), semakin luas permukaan benda
yang bersentuhan dengan fluida, semakin cepat kalor dipindahkan.
q Perbedaan suhu (∆T), semakin besar beda suhu benda dengan
permukaan fluida, semakin cepat kalor dipindahkan
q Koefisien konveksi (h), bergantung pada bentuk, kedudukan
permukaan dan diperoleh dengan percobaan. Misal h tubuh manusia adalah
7,1 Js-1m-2K-1
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju kalor radiasi :
(dinyatakan
dalam hukum Stefan-Boltzman)
“Energi
yang dipancarkan oleh suatu permukaan hitam dalam bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu (Q/t)
sebanding dengan luas permukaan (A) dan sebanding dengan pangkat empat suhu
mutlak permukaan (T4)”
(Sari,
2015)
b. Pengertian
dan kriteria proses pasteurisasi
Pasteurisasi adalah
perlakuan panas yang diberikan pada bahan baku dengan suhu di bawah titik
didih. Teknik ini digunakan untuk mengawetkan bahan pangan yang tidak tahan
suhu tinggi, misalnya susu. Pasteurisasi tidak mematikan semua
mikroorganisme, tetapi hanya yang bersifat patogen dan tidak membentuk spora. Sehingga
kriteria proses ini adalah bakteri patogen yang ada pada bahan pangan. Oleh
sebab itu, proses ini sering diikuti dengan teknik lain misalnya pendinginan
atau pemberian gula dengan konsentrasi tinggi. (Hidayat, 2007)
c. Definisi,
prinsip kerja, dan penerapan PHE dalam proses pengolahan pangan
Heat exchanger tipe plate (Plate Heat Exchanger) adalah jenis penukar panas yang menggunakan
pelat logam untuk mentransfer panas antara dua cairan. Ini memiliki keuntungan
besar atas suatu penukar panas konvensional dalam bahwa cairan yang terkena
luas permukaan jauh lebih besar karena cairan menyebar di plate. Ini
memfasilitasi transfer panas, dan sangat meningkatkan kecepatan perubahan suhu.
Plate penukar panas yang sekarang umum dan versi dibrazing sangat kecil yang digunakan dalam
air panas bagian dari jutaan kombinasi boiler.
Konsep di balik penukar panas adalah penggunaan pipa atau
pembuluh penahanan lain untuk panas atau dingin satu cairan dengan mentransfer
panas antara itu dan cairan lain. Dalam kebanyakan kasus, penukar terdiri dari
pipa melingkar berisi satu fluida yang melewati ruang berisi cairan lain. Dinding pipa biasanya
terbuat dari logam, atau zat lain dengan konduktivitas panas yang tinggi, untuk
memfasilitasi pertukaran, sedangkan casing luar ruang yang lebih besar adalah
terbuat dari plastik atau dilapisi dengan isolasi termal, untuk mencegah panas
dari melarikan diri dari exchanger.
Plate Heat
Exchanger
digunakan untuk pasteurisasi dengan suhu tinggi dan waktu singkat (High Temperature Short Time/ HTST), yaitu proses
pemanasan susu selama 15 – 16 detik pada suhu 71,7 – 750C. Selain itu, tipe
ini juga cocok untuk bahan pangan yang mempunyai viskositas rendah seperti jus
jeruk.
(Muttaqin,
2012)
d. Pengertian
dan perbedaan dari jenis flow
Counter-Current dan Co-Current
Pertukaran panas dengan aliran searah
(co-current/parallel flow) yaitu apabila arah aliran dari kedua fluida di dalam
penukar kalor adalah sejajar. Artinya kedua fluida masuk pada sisi yang satu
dan keluar dari sisi yang lain mengalir dengan arah yang sama. Karakter penukar
panas jenis ini temperatur fluida yang memberikan energi akan selalu lebih
tinggi dibanding yang menerima energi sejak mulai memasuki penukar kalor hingga
keluar.
Sedangkan pertukaran panas dengan
aliran berlawanan arah (counter current / flow) yaitu bila kedua fluida
mengalir dengan arah yang saling berlawanan
dan keluar pada sisi yang berlawanan. Pada tipe ini masih mungkin
terjadi bahwa temperatur fluida yang menerima panas (temperatur fluida dingin)
saat keluar penukar kalor (T4) lebih tinggi dibanding temperatur fluida yang
memberikan kalor (temperatur fluida panas) saat meninggalkan penukar kalor.
(Muttaqin,
2012)
e. Pengertian
dari Pressure Drop dan Fouling Factor dalam mesin PHE
1. Pressure Drop
Penurunan tekanan (pressure drop) adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan penurunan tekanan dari satu titik dalam pipa atau
tabung ke hilir titik. "Penurunan tekanan" adalah hasil dari gaya
gesek pada fluida ketika mengalir melalui tabung yang disebabkan oleh
resistensi terhadap aliran. Penentu utama resistensi terhadap aliran fluida
adalah kecepatan fluida melalui pipa dan viskositas fluida. Aliran cairan atau
gas akan selalu mengalir dalam arah perlawanan paling sedikit (tekanan kurang).
(Santoso, 2016)
2. Fouling Factor
Kinerja penukar kalor
bergantung pada permukaan untuk perpindahan kalor itu bersih atau tidak. Jika
ada endapan pada permukaan itu, tahanan thermal akan meningkat, sehingga
performansnya pun akan berkurang. Tambahan tahanan itu biasanya diperhitungkan
sebagai factor pengotoran (fouling factor).
Faktor pengotoran ditentukan secara eksperimen dengan menguji penukar kalor itu
dalam keadaan bersih dan keadaan kotor didefinisikan sebagai berikut :
Rd=(1/Ud)-(1/Uc)
Rd=(1/Ud)-(1/Uc)
Faktor pengotoran ini sangat mempengaruhi
perpindahan panas pada heat exchanger. Pengotoran ini dapat terjadi endapan
dari fluida yang mengalir, juga disebabkan oleh korosi pada komponen dari heat
exchanger akibat pengaruh dari jenis fluida yang dialirinya. Selama heat
exchanger ini dioperasikan pengaruh pengotoran pasti akan terjadi. Terjadinya
pengotoran tersebut dapat menganggu atau memperngaruhi temperatur fluida
mengalir juga dapat menurunkan atau mempengaruhi koefisien perpindahan panas
menyeluruh dari fluida tersebut.
Beberapa faktor yang dipengaruhi akibat
pengotoran antara lain :
1) Temperatur fluida
2) Temperatur dinding plate
3) Kecepatan aliran fluida
(R.Pitts dan E.Sissom,1987)
III.
Pembahasan
a. Skema
PHE

(Eric, 2013)
b. Tabel
Kondisi
|
Jumlah
plate
|
Kondisi
1
|
37
|
Kondisi
2
|
71
|
Kondisi
3
|
96
|
Kondisi
4
|
95
|
c. Penjelasan
pengaruh kondisi proses terhadap spesifikasi dari PHE (jumlah plate)
Pada kondisi PHE dengan faktor
pengotoran yang semakin tinggi, menyebabkan kebutuhan plate dalam penggunaan Plate
Heat Exchanger meningkat cukup signifikan. Pada percobaan, pada kondisi
kedua dengan fouling factor lima kali
lebih besar dari kondisi pertama terjadi peningkatan kebutuhan plate dari 37 menjadi 71 buah. Hal ini
dapat terjadi karena faktor pengotoran tersebut dapat menganggu atau
mempengaruhi temperatur fluida mengalir juga dapat menurunkan atau mempengaruhi
koefisien perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut. Sehingga untuk
jumlah aliran yang sama, dibutuhkan lebih banyak plate untuk penukaran panas tersebut.
Pada kondisi PHE dengan Heat capacity cold side yang semakin
tinggi, menyebabkan kebutuhan plate dalam
penggunaan Plate Heat Exchanger
menurun. Namun penurunan ini tidak begitu signifikan. Pada percobaan, pada
kondisi keempat dengan Heat capacity cold
side dua kali lebih besar dari kondisi ketiga terjadi peningkatan kebutuhan
plate dari 96 menjadi 95 buah.
IV.
Kesimpulan
a. Melalui
percobaan dapat diketahui cara merancang PHE sederhana menggunakan software PHE
works.
b. Faktor-faktor
yang berpengaruh pada proses transfer panas menggunakan PHE
Pada
PHE, transfer panas yang terjadi adalah konduksi dan konveksi. Sehingga dapat
diketahui faktor yang berpengaruh pada proses transfer panas menggunakan PHE
adalah:
1. Beda suhu antara kedua permukaan (∆T)
2. Jarak antara kedua permukaan /tebal /panjang (l)
3. Luas permukaan (A)
4. Konduktivitas termal zat (k)
5. Koefisien konveksi (h).
6. Pressure drop (Penurunan
tekanan).
7. Fouling factor (Faktor
pengotoran).
c. Aplikasi
PHE pada proses pengolahan pangan untuk proses pasteurisasi bahan pangan,
misalnya susu.
V.
Daftar Pustaka
R.Pitts and E.Sissom. 1987. Perpindahan Kalor. Erlangga. Jakarta.
Diakses tanggal 13
November 2016 pukul 19.00 WIB.
Hidayat, Nur. 2007. Pasteurisasi.
http://ptp2007.w0rdpress.com. Diakses tanggal 13 November
2016 pukul 19.00 WIB.
2016 pukul 18.45 WIB.
tanggal 13 November 2016 pukul 20.00 WIB.
November 2016 pukul 18.30 WIB.
VI.
Lembar Pengesahan
Mengetahui, Yogyakarta,
13 November 2016
Asisten Praktikan
Jauzia Sita
VII.
Lampiran
a. Fotokopi
Lembar Kerja Praktikum
b. Hasil
Simulasi