Sunday, 20 November 2016

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI ACARA EVAPORASI

       I.            Tujuan
1.      Mengetahui cara simulasi proses evaporasi gula menggunakan software COFE64
2.      Mengetahui hasil proses evaporasi pada berbagai kondisi proses
3.      Memperkirakan pengaruh perbedaan kondisi feed terhadap hasil proses evaporasi.

    II.            Landasan Teori
a.       Penjelasan dan prinsip proses evaporasi dan perbedaannya dengan distilasi
Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk, meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan, menurunkan aktivitas air aw (Praptiningsih 1999).
Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk:
§   Meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan sebelum diproses lebih lanjut. Sebagai contoh pada pengolahan gula diperlukan proses pengentalan nira tebu sebelum proses kristalisasi, spray drying, drum drying dan lainnya
§  Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya pengepakan, penyimpanan dan transportasi
§  Menurunkan aktivitas air dengan cara meningkatkan konsentrasi solid terlarut sehingga bahan menjadi awet misalnya pada pembuatan susu kental manis
(Wirakartakusumah, 1989)
Cara kerjanya ialah dengan menambahkan kalor atau panas yang bertujuan untuk memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat pelarut yang memiliki titik didih yang rendah dengan pelarut yang memiliki titik didih yang tinggi sehingga pelarut yang memiliki titik didih yang rendah akan menguap dan hanya menyisahkan larutan yang lebih pekat dan memiliki konsentrasi yang tinggi. Proses evaporasi memiliki ketentuan, yaitu:
1.                  Pemekatan larutan didasarkan pada perbedaan titik didih antar zat-zatnya.
2.                  titik didih cairan dipengaruhi oleh tekanan.
3.                  dijalankan pada suhu yang lebih rendah dari titik didih normal.
4.                  titik didih cairan yang mengandung zat yang tidak menguap akn tergantung tekanan dan kadar zat tersebut.
5.                  Beda titik didih larutan dengan titik didih cairan murni disebut kenaikan titik didih (boiling range).
(Admin, 2015)
Evaporasi berbeda dari distilasi, karena uapnya biasa dalam komponen tunggal, dan walaupun uap itu dalam bentuk campuran, dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha untuk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Selain itu, evaporasi biasanya digunakan untuk menghilangkan pelarut-pelarut volatil, seperti air, dari pengotor nonvolatil. Contoh pengotor nonvolatil seperti lumpur dan limbah radioaktif. Sedangkan distilasi digunakan untuk pemisahan bahan-bahan nonvolatil. Dalam evaporasi, uapnya biasanya komponen tunggal, dan walaupun uap itu merupakan campuran, dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha untuk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Biasanya dalam evaporasi, zat cair pekat itulah yang merupakan produk yang berharga dan uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang. (Admin, 2015)                              
b.      Jenis-jenis bahan (bahan makanan) yang dapat dievaporasi
Jenis-jenis bahan (bahan makanan) yang dapat dievaporasi biasanya bahan makanan yang memiliki kandungan air yang tinggi. Misalnya nira tebu sebagai bahan baku gula pasir, susu sebagai bahan baku susu kental manis, buah yang diolah menjadi selai, air laut sebagai bahan baku pembuatan garam, tomat dalam industri pembuatan pasta tomat, dan sebagainya. (Kumara, 2011)
c.       Proses pengolahan gula dengan diagram alir kualitatif

                                                                                                (Anonim, 2013)
Diagram alir proses pembuatan gula:







                                                                                                            (Tony, 2013)

 III.            Hasil dan Pembahasan
a.       Proses evaporasi gula, tujuan; jalan masuk bahan, apa yang dialami bahan, bagaimana hasil yang diharapkan
Nira yang telah mengalami proses pemurnian masih mengandung air, air ini harus dipisahkan dengan menggunakan alat penguap. Penguapan adalah suatu proses menghilangkan zat pelarut dari dalam larutan dengan menggunakan panas. Zat pelarut dalam proses penguapan nira adalah air. Bila nira dipanaskan terjadi penguapan molekul air. Akibat penguapan, nia akan menjadi kental. Sumber panas yang digunakan adalah uap panas. Pada pemakaian uap panas terjadilah peristiwa pengembunan. Sistem penguapan yang dipakai perusahaan gula adalah penguapan efek banyak. (Soejardi, 1975)
Tujuan dari penguapan ini adalah untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada nira encer (12,50brik) agar diperoleh nira yang lebih kental, dengan kekentalan 60 – 650 brik. Penguapan ini dilakukan pada temperatur 65 – 110 0C. Setiap evaporator dilengkapi dengan separator atau penyangga (sap vanger) yang berguna untuk menangkap percikan nira yang terbawa oleh uap. Proses penguapan (evaporasi) dilakukan dalam kondisi vakum. Tujuan penguapan dalam keadaan vakum adalah menghindari kerusakan sukrosa akibat suhu yang tinggi, menghemat penggunaan uap bahan bakar karena memasukkan satu satuan uap dapat menguapkan air sebanyak 5 kali, menurunkan titik didih nira sehingga tidak terbentuk karamel hal ini dilakukan agar sukrosa yang terkandung dalam nira tidak rusak. Proses evaporasi dilakukan beberapa kali dengan menggunakan perbedaan suhu dan tekanan. Pada evaporasi tahap awal menggunakan suhu tinggi dengan tekanan rendah. Memasuki tahap evaporasi selanjutnya, suhu bertahap diturunkan dan tekanan bertahap dinaikkan. (Santoso, 2012)
Pembuatan gula dari tebu adalah proses pemisahan sakharosa yang terdapat dalam batang tebu dari zat-zat lain seperti air, zat organic, sabut. Pemisahan dilakukan secara bertingkat dengan jalan tebu digiling dalam beberapa mesin penggiling sehingga diperoleh cairan yang disebut nira. Nira yang diperoleh dari mesin penggiling dibersihkan dari zat-zat bukan gula dengan pemanasan dan penambahan zat kimia. Sedangkan ampas digunakan bahan ketel uap. Kemudian dilakukan pemurnian nira menggunakan zat kimia lalu dilakukan proses penguapan. Nira yang telah mengalami proses pemurnian masih mengandung air, air ini harus dipisahkan dengan menggunakan alat penguap. Penguapan adalah suatu proses menghilangkan zat pelarut dari dalam larutan dengan menggunakan panas. Zat pelarut dalam proses penguapan nira adalah air. Selanjutnya dilakukan pengkristalan. Proses pengkristalan adalah salah satu langkah dalam rangkaian proses di pabrik gula dimana akan dikerjakan pengkristalan gula dari larutan yang mengandung gula. Kemudian dilakukan pengeringan. Pengeringan ini menggunakan udara yang dihembuskan dari bawah, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kadar air dalam gula. Setelah pengeringan gula dimasukkan dalam karung dan disimpan digudang. (Hugot, 1960)
Hasil yang diharapkan dari proses evaporasi ini adalah kadar air yang terdapat pada nira encer (12,50brik) menjadi nira yang lebih kental, dengan kekentalan 60 – 650 brik. (Santoso, 2012)
b.      Kondisi proses evaporasi gula yang disimulasikan (suhu dan tekanan tiap satuan operasi à berupa skema)
Keterangan:
1.      Heater
Suhu                      = 373 K
      Tekanan                 = 0
      Fraksi mol glukosa= 0.1
      Fraksi mol air        = 0.9
2.      Evaporator 1
Suhu                      = 363 K
Tekanan                 = 60000 Pa
Fraksi mol glukosa= 0,2959973
Fraksi mol air        = 0.7040026

3.      Evaporator 2
Suhu                      = 363 K
Tekanan                 = 20000 Pa
Fraksi mol glukosa= 0,7297833
Fraksi mol air        = 0.2702167
4.      Evaporator 3
Suhu                      = 350 K
Tekanan                 =  15000 Pa
Fraksi mol glukosa= 0,8822419

Fraksi mol air        = 0.1177581

5.      Evaporator 4
Suhu                      = 345 K
Tekanan                 =  10000 Pa
Fraksi mol glukosa= 0,8879713
Fraksi mol air        = 0.1120287


c.       Tabel hasil simulasi
Evaporasi 4 Tangki

Fraksi air
Fraksi glukosa
Suhu (K)
Pressure drop (Pascal)
Heat duty (J/s)
Heater
0.9
0.1
373
0
15485652.8963
Tangki 1
0.7040026
0,2959973
363
60000
68769844.9467
Tangki 2
0.2702167
0,7297833
353
20000
7473317.84748
Tangki 3
0.1177581
0,8822419
350
15000
2456216.71612
Tangki 4
0.1120287
0,8879713
345
10000
1959846.16084

d.      Kondisi stream
Evaporasi 4 Tangki

Tekanan (Pa)
Suhu (K)
Flow rate (kg/h)
Mol fraksi gula
Mol fraksi air
Ket
Stream 1
100000
298
300000
0.1
0.9
Liquid (feed)
Stream 2
100000
373
300000
0.1
0.9
Liquid
Stream 3
40000
363
111156
1.68446e-19
1
Vapor
Stream 4
40000
363
188844
0.337841
0.662159
Liquid (at phase boundary)
Stream 5
20000
353
12628.7
3.7072e-20
1
Vapor
Stream 6
20000
353
176215
0,46293
0.537067
Liquid (at phase boundary)
Steam 7
15000
350
4016.36
2.548e-20
1
Vapor
Steam 8
15000
350
172199
0.524742
0.475276

Liquid (at phase boundary)
Steam 9
10000
345
3371
1.07218e-20
1
Vapor
Steam 10
10000
345
168828
0.590924
0.409076
Liquid (at phase boundary)

e.       Pembahasan hasil praktikum
Proses  evaporasi pada pembuatan gula memiliki tujuan untuk mengurangi kadar air yang terdapat dalam nira encer agar diperoleh nira yang lebih kental. Hal ini dapat dilihat dari hasil praktikum yang mana fraksi mol gula terus meningkat dalam evaporator dan fraksi air yang menurun setelah diuapkan.
Sebelum proses evaporasi, nira tebu yang masih encer dipanaskan terlebih dahulu agar suhunya naik mendekati suhu evaporator.  Setelah itu nira masuk dalam evaporator akan dipanaskan dengan uap dan bersirkulasi. Air dalam nira akan terbawa oleh uap ke atas dan keluar evaporator sedangkan nira yang telah mencapai kepekatan tertentu akan dialirkan ke evaporator selanjutnya. Tutup valve akan otomatis terbuka dan nira mengalir ke badan berikutnya. Demikian seterusnya hingga sampai pada badan terakhir kepekatan nira yang diinginkan.
Pada percobaan ini dipilih optimasi proses dengan menggunakan evaporator empat tingkat. Pada evaporasi bertingkat, digunakan perbedaan suhu evaporator yang mana suhu dari evaporator satu lebih tinggi dibandingkan evaporator dua dan pressure dropnya juga lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena pada evaporator I nira yang masuk masih memiliki kandungan air yang banyak sehingga jumlah air yang harus diuapkan juga banyak. Sedangkan pada evaporator selanjutnya, jumlah air sudah berkurang dan suhu turun, namun tekanannya rendah sehingga sisa air masih dapat diuapkan dan tidak merusak bahan. Alasan lain yaitu jika hanya digunakan satu buah evaporator untuk menguapkan air dari nira maka diperlukan suhu yang sangat tinggi dan pressure drop yang sangat rendah. Hal ini tidak mungkin dilakukan karena selain mahal, resiko kerusakan bahan akibat suhu terlalu tinggi sangatlah besar.
Perbedaan single evaporator dan multiple effect evaporator dilihat dari penggunaan energinya adalah, pada multiple effect energinya akan semakin turun. Hal ini karena semakin sedikit air yang tersisa pada bahan kebutuhan energi juga turun. Energi yang turun ini karena energi yang berupa panas sensibel diserap bahan di satu evaporator kemudian dialirkan ke evaporator selanjutnya. Uap yang digunakan pada multiple effect merupakan uap yang berasal dari evaporator sebelumnya sehingga suhu akan terus turun karena uap melepas panas (energi panas diserap bahan). Uap yang melepaskan panas pada evaporator selanjutnya akan terkondensasi sehingga akan menurunkan tekanan dan nira dari evaporator satu dapat mengalir ke evaporator selanjutnya.
Pengaruh perbedaan suhu dan tekanan yaitu semakin tinggi suhu dan tekanan yang digunakan maka akan semakin tinggi pula jumlah air yang diuapkan. Proses evaporasi dilakukan beberapa kali dengan menggunakan perbedaan suhu dan tekanan. Selama proses berlangsung temperatur dari masing – masing evaporator berbeda –beda. Untuk menghemat panas yang diperlukan maka media panas untuk evaporator  I digunakan uap bekas yang berasal dari pressure vessel, sedangkan media pemanas evaporator yang lain memanfaatkan kembali uap yang terbentuk dari evaporator sebelumnya, hal ini disebut vapour temperature pada evaporator I sebesar 1100C dan berangsur – angsur turun sampai temperatur 50 – 550C pada evaporator IV. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menurunkan tekanan yang berbeda - beda dari evaporator I sampai dengan evaporator IV.
Uap yang mengalir dari evaporator I ke evaporator II disebabkan pada evaporator I setelah masuk kedalam bagian shell pada evaporator II akan melepaskan panas sehingga mengembun. Terkondensasinya uap menyebabkan terjadinya penurunan tekanan dalam shell sehingga uap air nira evaporator I dapat mengalir ke evaporator II dan seterusnya. Uap nira evaporator IV masuk kedalam kondesor untuk diembunkan (dikondensasikan) dan dijatuhkan bersama air injeksi, sedangkan uap – uap yang tidak terkondesasikan dibiarkan keluar ke udara. Peristiwa mengalirnya nira dari evaporator I ke evaporator II dan seterusnya disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan vakum pada masing – masing evaporator. Nira encer yang masuk pada setiap evaporator akan bersikulasi sampai mencapai titik tertentu dan secara otomatis valve akan terbuka sehingga nira mengalir menuju evaporator selanjutnya, begitu seterusnya hingga evaporator IV.
Perbedaan tekanan pada masing – masing evaporator akan mengakibatkan nira mengalir secara otomatis dari badan I ke badan berikutnya. Nira yang masuk pada tiap – tiap badan evaporator akan bersirkulasi hingga mencapai kepekatan tertentu. Kemudian secara otomatis kutup (valve) akan terbuka dan nira mengalir ke badan berikutnya. Demikian seterusnya sampai pada badan evaporator terakhir dengan kepekatan 65%.

 IV.            Kesimpulan
1.      Praktikan dapat melakukan simulasi proses evaporasi menggunakan software Cofe64.
2.      Hasil proses evaporasi pada tiap evaporator dengan tekanan dan suhu yang berbeda yaitu:


Fraksi mol glukosa
Suhu (K)
Pressure (Pascal)
Tangki 1
0,2959973
363
40000
Tangki 2
0,7297833
353
20000
Tangki 3
0,8822419
350
15000
Tangki 4
0,8879713
345
10000


3.      pengaruh perbedaan kondisi feed terhadap hasil proses evaporasi adalah semakin tinggi suhu dan pressure drop yang digunakan maka semakin banyak pula jumlah air yang diuapkan.

    V.            Daftar Pustaka

Hugot, E. 1960. Hand Book of Cane Sugar Engineering. Amsterdam:
Elsevier Publising Company.
Kumara, Danang. 2011. Evaporasi. Jember: FTP UNEJ.
Praptiningsih, Yulia. 1999. Buku Ajar Teknologi Pengolahan. Jember:
FTP UNEJ.
Santoso. 2012.  Proses Pembuatan Gula Dari Tebu Pada Pg X. Depok:
Fakultas Teknik Industri Universitas Gunadarma.
Soerjadi. 1975. Peranan Komponen Batang Tebu dalam Pabrikasi Gula.
Yogyakarta: LPP.
Wirakartakusumah. 1989. Prinsip Teknik Pangan. Bogor: PAU Pangan
dan Gizi IPB.

Admin. 2015. Evaporasi. http://www.prosesindustri.com/. Diakses pada
tanggal 14 November 2016 pukul 18.00 WIB.
Anonim. 2013. Proses Produksi Gula Super High Sugardi Pg. Madukismo
Bantul. http://repository.unika.ac.id. Diakses pada tanggal 14 November 2016 pukul 17.50 WIB.
Tony. 2013. Flow Sheet PT. PG. Candi Baru - Sidoarjo 2013.
http://pgcandibaru.blogspot.co.id/. Diakses pada tanggal 14 November 2016 pukul 18.10 WIB.




 VI.            Lembar Pengesahan

Mengetahui,                                          Yogyakarta, 13 November 2016
Asisten                                                                                    Praktikan


Uyun Nurul A’ini                                                                    Jauzia Sita

VII.            Lampiran
a.       Print screenshot Flowsheet pekerjaan


No comments:

Post a Comment